Translate

berita dari news.detik

Jumat, 04 Februari 2011


o1 o2

Economy - Industri


Harga Batu Bara Acuan Terancam Badai Yasi di Queensland

Jum'at, 4 Februari 2011 - 12:41 wib
Andina Meryani - Okezone
ilustrasi Foto: Corbis
JAKARTA - Akibat dari banjir bandang yang menerpa negara bagian Queensland, Australia awal tahun ini membuat harga batu bara dunia semakin melambung. Bahkan sebagai kawasan produsen batu bara terbesar di Australia, Queensland kembali menghadapi Badai Yasi yang membuatnya memporakporandakan pemukiman penduduk dan merusak sekira 90 persen jalan utama di Queensland.

Akibat badai tersebut, dikhawatirkan harga batu bara akan semakin melambung. Adapun Harga Batubara Acuan (HBA) yang dikeluarkan oleh Ditjen Mineral dan Batubara, pada Oktober 2010 sebesar USD92,68 per ton dan terus bergerak naik hingga USD112,4 per ton pada Januari 2011.

Sebagaimana dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Jumat (4/2/2011), berdasarkan skala kekuatan badai, Badai Yasi masuk dalam kategori lima yang merupakan tingkatan tertinggi berdasarkan ukuran, kecepatan angin, potensi gelombang pasang. Dilaporkan juga bahwa ukuran Badai Yasi ini sebesar negara Italia dan merupakan badai terburuk yang pernah melanda Australia sepanjang 100 tahun terakhir.

Dengan kecepatan angin sebesar 300 km/jam, Badai Yasi diperkirakan masih lebih mengancam dibandingkan Badai Katrina yang menyerang sebagian besar kawasan Louisiana dan Mississippi, Amerika Serikat pada 2005 lalu.

"Kemungkinan besar Badai Yasi akan makin memperburuk kondisi industri batu bara di Queensland yang kini masih berjuang untuk pulih dari bencana banjir bandang awal tahun ini. Banjir bandang yang lalu sempat berpengaruh terhadap kenaikan harga batu bara dunia saat ini mengingat sekitar 97 persen produksi black coal Australia berasal dari Negara Bagian Queensland dan New South Wales," jelas laporan.

Black coal merupakan batu bara bituminous yang setelah diproses akan menjadi coking coal yang dipakai dalam industri baja. Sekitar setengah dari ekspor coking coal dunia berasal dari Australia yang sebagian besar ditujukan kepada industri baja di Asia.  Walaupun lebih dominan memproduksi coking coal, Quensland juga menghasilkan jenis batubara thermal coal yang digunakan oleh pembangkit listrik. Secara umum harga coking coal lebih mahal daripada thermal coal.

Berdasarkan data Key World Energy Statistics 2009 (IEA), total perdagangan hard coal dunia pada tahun 2008-2009 sekira 941 juta ton yang terdiri dari 730 juta ton thermal coal dan 211 juta ton coking coal. Australia berhasil mempertahankan posisinya sebagai ekspotir batu bara terbesar dunia dengan ekspor sebesar 261 juta ton atau sekira 28 persen total dunia. Namun untuk urusan thermal coal, Australia adalah eksportir thermal coal terbesar nomor dua dunia, setelah Indonesia.

"Mengingat signifikansi Queensland terhadap suplai batu bara dunia, adanya Badai Yasi ini berpotensi memicu lagi kenaikan harga batu bara dunia ke depannya. Seluruh indeks acuan perdagangan batu bara dunia dalam tiga bulan terakhir menunjukkan tren yang konsisten naik," tandasnya.(adn)(rhs)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More